Rss Feed

Filosofi sebuah pensil

Seorang Cucu bertanya kepada nenek nya yang tengah menulis, "nenek sedang menulis apa?". Mendengar pertanyaan tadi, sang nenek berhenti menulis dan berkata, "sebenarnya, apa yang nenek tulis tidaklah penting. Yang lebih penting, justru pensil yang nenek pakai. Nenek berharap kamu bakal seperti pensil ini ketika dewasa nanti", lanjutnya.

Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian memperhatikan pensil dalam genggaman tangan neneknya, dan bertanya kembali ketika ia tidak melihat hal istimewa dari pensil yang dipakai. "Sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya", ujar si Cucu. Dengan bijaksana, nenek menjawab, "itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai lima kualitas yang akan membuatmu selalu tenang menjalani kehidupan", tegasnya.

"Kualitas pertama, pensil mengingatkan bahwa kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, jangan pernah lupa bahwa ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu. Kita menyebutnya tangan Tuhan. Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya".

"Kualitas kedua, dalam proses menulis, kita kadang harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan pensil nenek. Rautan ini pasti membuat pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, pensil akan mendapatkan ketajaman nya kembali. Begitu juga dengan kamu. Dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberi kita kesempatan mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Karena itu memperbaiki kesalahan dalam hidup bukanlah hal buruk, karena dapat membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".

"kualitas keempat, bagian paling penting dari sebuah pensil bukan lah bagian luar, melainkan arang yang ada di dalam. Oleh sebab itu, selalu hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu ".

“Kualitas kelima, sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, sadarlah bahwa apapun yang kamu perbuat dalam hidup akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalu hati-hati dan sadar atas semua tidakan”

Life is a competition

Hidup adalah sebuah kompetisi. Menurut gue.

Dari awal pembentukan kita sebagai calon janin,berjuta-juta sel sperma berlomba-lomba menuju satu sel telur yang telah siap di buahi. Dan pemenang nya adalah yang berhasil mencapai sel telur pertama kali. Kemudian berkembang, dan jadilah kita. :)
Jadi sebenarnya,kita ini adalah hasil dari pemenang. :) :)

Well,terlepas dari asumsi (ngaco) gue di atas, gue ngerasa dalam hidup gue, gue selalu menghadapi berbagai kompetisi. Baik secara harfiah,maupun secara kiasan.

Gue adalah (bisa di bilang sebagai) anak yang gagal jadi anak terakhir. Di karenakan,ketika ortu gue ingin menjadikan gue sebagai their "last child", tiba-tiba tanpa di duga, nyokap gue kembali mengandung lagi. Ketika adik gue lahir,maka gue ngerasa dia adalah yang bertanggung jawab atas beralih ny perhatian kedua orang tua, terhadap gue.

Apalagi gue di lahirkan d tengah-tengah kelima kakak gue. Otomatis,dia antara kami ber enam (one of my sister was passed away), kami saling berlomba untuk mendapatkan perhatian lebih dari kedua orang tua kami.

Walaupun gue yakin,dulu kami tidak perlu seperti itu,karena memang orang tua kami cukup adil :).
Namun gue ngerasa,gue adalah seorang anak yang selalu terlupakan. Jadi,gue selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian ekstra dari ortu.

Di sekolah pun begitu.
Saat kita mendaftar sekolah,kita bersaing dengan ribuan orang yang juga sama-sama mendaftar di sekolah yang kita tuju.
Bersaing untuk mendapatkan bangku di sekolah trsebut. Walaupun tak sedikit dari kita yang kurang mensyukuri kemenangan dan kesempatan yang kita dapat, dengan sering membolos sekolah. Kita tak sadar,bahwa di luar sana,banyak orang yang rela melakukan apa saja,demi mencicipi pendidikan yang kian mahal.

Di sekolah,gue juga adalah seorang siswa yang cukup rajin mengikuti berbagai macam perlombaan,dari sekolah. (ehemm.. :P )
Kadangkala gue memenangkan kompetisi tsb,kadang gue hanya bisa sampai di semifinal nya aja.


Ternyata, saat gue lulus dan mencoba untuk melamar pekerjaan di berbagai tempat,kompetisi pun di mulai lagi. Gue dan banyak orang mencoba saling menyingkirkan untuk mendapatkan posisi yang kita incar.
Ketika saya mulai meniti karir pun, kompetisi di kehidupan gue belum berakhir. Gue dan beberapa karyawan lain,sama-sama saling berlomba dalam kompitisi kantor,untuk jenjang karir kami masing-masing. Sampai gue pun pernah berfikir,"kenapa hidup gue gak jauh dari kompetisi yah?"

But hey girls,,then i realized.
Life is a competition,actually.
No matter where you are,what you are, and who you are.
Karena kita tidak pernah tahu,ada apa di ujung jalan sana.
We have to struggle. Cuz every second in our life,is a competition.

Sensasi yang gue rasakan selalu sama. Rasa deg-degan,gairah,semangat,takut,penasaran, terkadang di sertai rasa sakit perut yang hebat,dan mulas-mulas :D.

Gue gak pernah tau,kapan akhir usia gue,atau pun pertengahan usia gue. Jadi,gue akan selalu berusaha berjuang,memenangkan setiap kompetisi kehidupan gue,selama gue masih bisa bernafas.

Life is a competition guys, and the time keep runnin out.
So why we just keeping silent,and do nothing?

About Life

Hidup ini bukan tentang mengumpulkan nilai atau membuat orang kagum dengan kerja kita. Bukan tentang hitung-hitungan mengenai pekerjaan, bukan juga tentang membenci seseorang karena kedekatannya dengan atasan. Bukan tentang berapa banyak orang yang memujimu karena pekerjaanmu, dan juga bukan tentang dengan siapa kau dekat . Bukan tentang siapa yang telah kau puji, seragam apa yang mereka pakai, atau teman sebaya atau orang tua mana yang menyukaimu. Bukan tentang sepatumu atau rambutmu atau warna kulitmu atau tempat tinggalmu atau pekerjaanmu. Bahkan, juga bukan tentang nilai-nilai pekerjaanmu, uang, baju atau pangkat dan jabatan. Hidup ini bukan tentang apakah kau memiliki banyak teman, atau apakah kau seorang diri, dan bukan tentang apakah kau diterima atau tidak diterima oleh lingkungan mu. Hidup ini bukanlah tentang itu.

Namun, hidup ini adalah tentang apa yang telah kau berikan untuk orang lain, atasan dan yang tepenting adalah apa yang telah kita lakukan untuk membahagiakan orang tua kita. Tentang bagaimana kau membawa diri ketika berhadapan dengan orang – orang yang belum atau baru kita kenal. Tentang kepercayaan, kejujuran, rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, serta keikhlasan kita mengerjakan tugas yang seharusnya bukan tugas kita. Hidup ini adalah tentang menghindari rasa cemburu, rasa tak peduli dan bersenang – senang diatas penderitaan orang lain. Tentang apa yang kau katakan dan yang kau pikirkan. Tentang menghargai orang apa adanya dan bukan karena pangkat atau jabatan, bukan juga karena perbedaan status di perusahaan atau perbedaan gaji yang mencolok. Dan yang terpenting, hidup ini adalah tentang memilih untuk menggunakan hidupmu untuk memberikan yang terbaik kepada orang lain dengan menyentuh hidup orang lain dengan cara memahami dan mengerti kebutuhan dan keinginan mereka. Hidup adalah tentang pilihan-pilihan itu.

Surat untuk Tuhan

Rio Seorang bocah yang sangat ingin melanjutkan sekolah, tetapi orang tuanya tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolahnya. Lagipula ibunya yang sedang sakit membutuhkan biaya untuk membeli obat. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada Tuhan :

Kepada Yth: Tuhan di Surga.
Tuhan yang baik, saya ingin melanjutkan sekolah, tapi orang tua saya tidak punya uang. Ibu saya juga sedang sakit, perlu beli obat. Tuhan saya butuh uang Rp 250.000 utk beli obat ibu, Rp 200.000 untuk membayar uang sekolah, Rp 100.000 untuk membayar uang seragam, dan uang buku Rp 100.000. Jadi semuanya Rp 650.000* * Terima kasih Tuhan, saya tunggu kiriman uangnya.
Dari: Rio

Rio pun pergi ke kantor pos untuk mengirim suratnya. Membaca tujuan dari surat tersebut, petugas kantor pos merasa iba melihat Rio, sehingga tidak tega untuk mengembalikan suratnya. Bingung mau di kemanakan surat itu, akhirnya petugas pos itu menyerahkannya ke kantor polisi terdekat.* *

Membaca isi dari surat itu, Komandan polisi merasa iba dan tergerak hatinya utk menceritakan hal tsb kepada anak buahnya. Walhasil, para polisi pun mengumpulkan dana utk diberikan ke Rio, tetapi dana yang terkumpul Hanya Rp 600.000,- * *

Sang Komandan pun memasukan uang yang terkumpul ke dalam amplop, menuliskan keterangan: “Dari Tuhan di Surga” dan menyerahkan ke anak buahnya utk di kembalikan pada Rio . * *

Menerima uang tsb, Rio merasa sangat senang karena permintaannya terkabul, walaupun yang diterima hanya Rp 600.000,-. Rio pun bergegas untuk mengambil kertas dan pensil, dan mulai menulis surat lagi :

“TUHAN LAIN KALI KALO MAU KIRIM UANG, JANGAN LEWAT POLISI, KARENA KALO LEWAT POLISI DI POTONG RP 50.000,-lewat ktr pos aja g ada potongan * *

=D =))