Rss Feed

KISAH SI GADIS BUTA

Semoga bisa menjadi bacaan yang bermanfaat......

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaan nya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi ia juga membenci semua orang, kecuali kekasih nya.
Kekasih nya selalu ada di sampingnya untuk menemani dan menghibur nya. Gadis itu berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata padanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kemudian, kekasihnya bertanya, “sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah dengan ku?”
Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dia menolak untuk menikah dengan nya. Kekasih nya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, “sayangku, tolong jaga baik-baik mata saya.”
............................

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidup nya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterimakasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakit kan.

Hidup adalah anugerah...
Hari ini, sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar, ingat lah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.
Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makanan mu, ingat lah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suami, isteri, atau kekasih mu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan yang meminta pasangan hidup.

“C” dan Materi

Ini adalah sebuah kisah tentang salah seorang sahabat saya.
Dia adalah seorang wanita yang berusia beberapa tahun lebih tua dari saya. Kami sudah berteman sejak kecil. Orang tuanya dan orang tua saya berteman akrab. Karena jarak rumah kami yang dekat, saya pun sering menginap di tempat nya,dan begitu pula sebalik nya.
Dari kecil,dia sudah menunjukkan sikap tangguh nya. Dia di lahirkan sebagai anak tengah seperti saya. Sebagai anak tengah, kami berdua sering ber spekulasi, bahwa kami mendapat kan sisa-sisa kasih sayang dari kedua orang tua kami. Kami selalu mengeluh, bagaimana kedua orang tua kami selalu membanggakan kakak kami. Atau terkadang, mengapa orang tua kami selalu membela adik kami. Tapi dia selalu berhasil mendapat kan perhatian dari kedua orang tua nya dengan caranya sendiri.
Ibu nya sering sakit-sakitan. Itulah sebab nya ia sangat menyayangi ibu nya. Bukan berarti ia tidak mencintai ayah nya. Tapi di bandingkan mereka berdua, saya melihat bahwa ia lebih menyayangi ibu nya, di banding ayah nya yang keras. Ayah nya memang sosok figur yang keras. Saya pun sering merasa takut apabila bertemu dengan ayah nya.
Ketika kami masih duduk di bangku dasar, kami sering merencanakan untuk kabur dari rumah. Kami membuat rencana-rencana tentang kapan, dan bagaimana caranya kami melarikan diri nanti. Tentu saja pemikiran tentang itu terjadi ketika kami sedang di ganggu oleh kakak-kakak kami. Atau, ketika kami sedang bertengkar dengan adik kami. Kami merasa marah, karena orang tua kami tidak pernah membela kami.
Pernah suatu ketika ia mengirimkan surat kepada saya, isi nya adalah ajakan untuk melarikan diri dari rumah. Surat nya ia titipkan kepada pembantu rumah saya. Dan oleh pembantu saya, di taruh di atas lemari makan di dapur. Surat itu pun di baca oleh ibu saya, dan bukan nya marah, tapi beliau malah tertawa terbahak-bahak membaca tulisan khas anak SD tersebut.
Kami pun gagal melarikan diri. Dan mencoba untuk membuat rencana pelarian berikut nya.
Di lain malam, saat itu saya baru selesai mengerjakan PR. Tiba-tiba, ia masuk ke kamar saya dengan muka cemberut, dan penuh marah. Lalu berkata, "ayo, kita kabur malam ini !", ajak nya.
Saya hanya bisa melongo memandang ajakannya yang tiba-tiba. Lalu ia mencari-cari tas sekolah saya, dan memasukkan baju-baju saya ke dalam nya.
"Mau kabur kemana?", tanya saya.
"Terserah, yang penting kita kabur", ujar nya.
Sementara dia memasukkan baju-baju saya ke dalam tas, saya pun keluar kamar, menuju dapur untuk minum. Ketika hendak kembali ke kamar, saya melihat kakak,adik, dan orang tua saya sedang menonton acara televisi "Jin dan Jun". Saat itu, acara televisi tersebut sedang booming sekali. Saya pun ikut menonton bersama mereka.
Tak lama kemudian, ia keluar dari kamar dan mencari saya. Mungkin karena saya tak kunjung kembali dari dapur. Kemudian ia menemukan saya sedang menonton tv bersama keluarga yang lain. Ia pun duduk di samping saya, dan ikut menonton tv juga.
Ketika jam menunjukkan pukul sembilan malam, ia pun menguap dan berkata, "aku pulang dulu yah, ngantuk". Maka lupalah kami dengan rencana melarikan diri kami beberapa jam yang lalu.
***
Saat beranjak remaja, kami bersekolah di Sekolah Menengah Pertama yang sama. Namun karena jadwal sekolah kami berbeda, kami jadi jarang bertemu. Paling hanya sesekali. Ketika akhir pekan, ia masih berkunjung ke rumah saya.
Saat SMA pun,kami kembali bersekolah di tempat yang sama pula. Namun,kami makin jarang berbicara lagi. Bukan karena kami sedang bermusuhan. Tapi kami sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing, dan juga sibuk dengan teman-teman baru kami.
Ketika ia mulai masuk ke perguruan tinggi, ia di terima di salah satu PTN favorit di Indonesia. Ia pun memilih untuk kost di dekat kampus nya, dengan pertimbangan biaya, apabila ia harus pulang-pergi dari rumah nya. Dan kami makin menjauh.
Di pertengahan tahun ke tiga SMA saya, saya pindah rumah. Tempat nya tidak terlalu jauh dari rumah lama. Ini membuat jarak di antara kami makin melebar. Kami hanya sesekali mengobrol bila berpapasan dengan nya di jalan. Itu pun dengan ke canggungan. Saya seperti lupa dengan ke akraban kami waktu kecil dulu.
Tapi saya masih bisa mengetahui kabar-kabar terakhir dari nya dari adik dan orang tua kami. Saya tahu saat itu ia kerja dimana, atau ia sedang berpacaran dengan siapa. Seperti mendengar dari mulut nya sendiri.

Suatu hari ia datang ke rumah saya dan bertanya seputar pekerjaan saya. Selidik punya selidik, ternyata ia sedang mencoba melamar di perusahaan yang bergerak di bidang yang sama seperti tempat saya bekerja.
Kami mulai berbicara banyak lagi seperti dulu. Saling berbagi cerita. Ternyata benar apa yang telah saya dengar selama ini dari orang tua, maupun adik saya. Ia sedang menjalani hubungan dengan seorang kawan kuliah nya.
Ia bercerita tentang hubungan mereka yang nampaknya agak kurang di restui oleh orang tua kekasih nya. Ia bercerita, karena masalah materi. Sepertinya, kekasihnya itu berasal dari kalangan atas. Namun, mereka tetap menjalani hubungan backstreet tersebut dari orang tua kekasih nya itu. Mereka berhasil menjalani hubungan tersebut hingga beberapa tahun. Ia juga yakin, kalau mereka nantinya pasti bisa meyakinkan hubungan mereka kepada orang tua kekasih nya itu.
Ia juga bercerita, kalau kekasih nya itu memang sudah di anggap sebagai keluarga nya sendiri. Sikap nya yang santun pun berhasil mencuri perhatian ayah nya yang keras. Malah ia sangat menyayangi kekasihnya itu, bagai anak nya sendiri. Lama saya tak mendengar kabar nya lagi. Yang saya tahu, ia masih bekerja di tempat yang terakhir ia ceritakan, saat terakhir perjumpaan kami.
Beberapa bulan kemudian, saya kembali mendengar kabar bahwa ia sedang mengadakan acara lamaran. Saya pun merasa lega mendengar nya. Rencana nya ia akan melangsungkan pernikahan di awal tahun depan.
Namun, seketika itu saya merasa sangat terkejut, karena mendengar ia menikah bukan dengan kekasihnya yang dulu ia sering ceritakan pada saya. Tetapi dengan orang lain yang baru saja menjalin hubungan dengan nya. Terdengar selentingan kabar dari para tetangga, bahwa ia putus dengan pacar nya yang terdahulu karena masalah materi.
Menurut kabar-kabar yang terdengar, orang tua dari kekasih nya itu mengetahui bahwa mereka masih menjalin hubungan backstreet. Dan ketika kekasihnya di desak untuk memilih, ia memilih keluarganya, dan meninggalkan sahabat saya itu.
Ia juga mulai mengungkit perihal barang-barang pemberian nya kepada sahabat saya itu. Tentu sahabat saya merasa sangat terluka. Namun, bukan dia namanya, apabila ia tidak bisa bangkit kembali dari keterpurukan. Dengan penuh senyum, ia menata, dan melanjutkan hidup nya kembali. Walau saya yakin, hati nya belum seratus persen pulih.
Bukan maksud saya untuk membeberkan masalah kehidupan sahabat saya ini. Yang saya ingin sorot adalah, bagaimana materi telah mengalahkan segala nya. Bahkan cinta sekalipun. Saya juga tak ingin mengagung-agung kan cinta. Namun, materi memang bisa mengubah pola pikir dan pandangan seseorang. Dan saya tetap salut kepada sahabat saya, yang selalu ceria dan bersemangat seperti semula. She always being her. As she is.
Semoga ada manfaat dari sepenggal kisah sahabat saya.
I always here for you.